Daftar Khalifah Yang Pernah Memimpin Bani Umayyah - Dinasti Bani Umayah berkuasa selama 90
tahun dari tahun 41 H s.d 132 H atau 661 M s.d 750 M. Selama dinasti Bani
Umayah terdapat 14 khalifah antara lain:
1. Muawiyah bin Abu Sufyan (41-60 H / 661-680 M)
Nama lengkapnya Mu’awiyah bin Abi Sufyan
bin Harb bin Umayyah bin Abd Syams bin Abdul Manaf, biasa dipanggil Abu
Abdurrahman. Ia masyhur dengan Muawiyah bin Abi Sufyan. Ia lahir di Makkah
tahun 20 sebelum hijrah.
Ayahnya adalah Abu Sufyan, dan ibunya adalah hindun binti Utbah. Ia adalah sosok yang terkenal fasih, penyabar, berwibawa, cerdas, cerdik, badanya tinggi besar, dan kulitnya putih. Ia masuk Islam bersama ayah, ibu, dan saudaranya Yazid pada saat pembukaan kota Makkah tahun 8 H. Ia pernah ikut perang Hunain dan ia adalah seorang juru tulis Al Qur’an.
Ayahnya adalah Abu Sufyan, dan ibunya adalah hindun binti Utbah. Ia adalah sosok yang terkenal fasih, penyabar, berwibawa, cerdas, cerdik, badanya tinggi besar, dan kulitnya putih. Ia masuk Islam bersama ayah, ibu, dan saudaranya Yazid pada saat pembukaan kota Makkah tahun 8 H. Ia pernah ikut perang Hunain dan ia adalah seorang juru tulis Al Qur’an.
Karir politiknya diawali ketika Umar bin
Khattab pernah menugaskan sebagai gubernur Yordania. Dan pada masa Utsman bin
Affan , dia ditugaskan menjadi gubernur Syiria.
Muawiyah menjadi Khalifah pada tahun 41 H
setelah Hasan bin Ali menyerahkan khilafah kepadanya. Muawiyah bin Abi Sufyan mendirikan
dinasti Bani Umayyah dan sebagai khalifah pertama. Ia memindahkan ibukota dari
Madinah al Munawarah ke kota Damaskus dalam wilayah Syiria. Pada masa
pemerintahannya, ia melanjutkan perluasan wilayah kekuasaan Islam yang terhenti
pada masa Khalifah Ustman dan Ali.
Disamping itu ia juga mengatur tentara dengan cara baru dengan meniru aturan yang ditetapkan oleh tentara di Bizantium, membangun administrasi pemerintahan dan juga menetapkan aturan kiriman pos.
Disamping itu ia juga mengatur tentara dengan cara baru dengan meniru aturan yang ditetapkan oleh tentara di Bizantium, membangun administrasi pemerintahan dan juga menetapkan aturan kiriman pos.
Muawiyah bin Abu Sufyan menerapkan sistem monarchiheridetis (kepemimpinan
secara turun temurun). Ia menunjuk anaknya, Yazid bin Muawiyah sebagai
penerusnya. Ia mengadopsi dari sistem monarki yang ada di Persia dan Bizantium.
Muawiyah bin Abu Sufyan berkuasa selama 20
tahun. Ia meninggal Dunia dalam usia 80 tahun dan dimakamkan di Damaskus di
pemakaman Bab Al-Shagier.
2. Yazid bin Muawiyah (60-64 H / 680-683 M)
Nama lengkapnya Yazid bin Muawiyah bin Abi
Sufyan. Ia dilahirkan pada tanggal 23 Juli 645. Pada masa kekhalifahan ayahnya,
beliau menjadi seorang pangglima yang cukup penting. Pada tahun 668, Khalifah
Muawiyah mengirim pasukan dibawah pimpinan Yazid bin Muawiyah untuk melawan
Kekaisaran Bizantium.
Yazid mencapai Chalcedon dan mengambil alih kota penting Bizantium, Amorion. Meskipun kota tersebut direbut kembali, pasukan arab kemudian menyerang Chartago dan Sisilia pada tabun 669. Pada tahun 670, pasukan Arab mencapai Siprus dan mendirikan pertahanan disana untuk menyerang jantung Bizantium. Armada Yazid menaklukan Smyrna dan kota pesisisr lainnya pada tahun 672.
Yazid mencapai Chalcedon dan mengambil alih kota penting Bizantium, Amorion. Meskipun kota tersebut direbut kembali, pasukan arab kemudian menyerang Chartago dan Sisilia pada tabun 669. Pada tahun 670, pasukan Arab mencapai Siprus dan mendirikan pertahanan disana untuk menyerang jantung Bizantium. Armada Yazid menaklukan Smyrna dan kota pesisisr lainnya pada tahun 672.
Khalifah Muawiyah wafat pada tanggal 6 Mei
680. Yazid bin Muawiyah menjadi Khalifah selanjutnya. Yazid menjabat sebagai
Khalifah dalam usia 34 tahun. Pengangkatnyan berdasarkan kebijakan Khalifah
Muawiyah menerapkan sistem monarki.
Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Ia kemudian mengirim surat kepada Gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya.
Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Ia kemudian mengirim surat kepada Gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya.
Selama berkuasa, Yazid bin Muawiyah mencoba melanjutkan kebijakan ayahnya dan
menggaji banyak orang yang membantunya. Ia memperkuat struktur administrasi
khilafah dan memperbaiki pertahanan militer Syiria, basis kekuatan Bani
Umayyah. Sistem keuangan diperbaiki.
Ia mengurangi pajak beberapa kelompok Kristen dan menghapuskan konsesi pajak yang ditanggung orang-orang Samara sebagai hadiah untuk pertolongan yang telah disumbangkan di hari-hari awal penaklukan Arab. Ia juga membayar perhatian berarti pada pertanian dan memperbaiki sistem irigasi di oasis Damaskus.
Ia mengurangi pajak beberapa kelompok Kristen dan menghapuskan konsesi pajak yang ditanggung orang-orang Samara sebagai hadiah untuk pertolongan yang telah disumbangkan di hari-hari awal penaklukan Arab. Ia juga membayar perhatian berarti pada pertanian dan memperbaiki sistem irigasi di oasis Damaskus.
Ia meninggal pada tahun 64 H/683 M dalam
usia 38 tahun dan masa pemerintahannya ialah tiga tahun dan enam bulan.
Kemudian kekhalifahan turun kepada anaknya, Muawiyah Bin Yazid.
3. Muawiyah bin Yazid (64-64 H / 683-683 M)
Nama lengkapnya Muawiyah bin Yazid bin
Muawiyah bin Abu Sufyan. Ia adalah seorang pemuda yang tampan.Dia disebut juga
Abu Abdurrahman, ada juga yang menyebutnya Abu Yazid dan Abu Laila. Beliau anak
Yazid yang lemah dan sakit-sakitan,disamping itu dia adalah seorang ahli Kimia
pada masa pemerintahan Kakeknya Muawiyah bin Abu Sufyan.
Muawiyah bin Yazid menjadi Khalifah atas
dasar wasiat ayahnya pada bulan Rabiul Awal tahun 64 Hijriah atau berkenaan
tahun 683 M. Muawiyah bin Yazid diangkat menjadi Khalifah pada usia 23 tahun.
Dia adalah seorang pemuda yang shalih. Ketika dia diangkat menjadi khalifah dia sedang menderita sakit. Sakitnya semakin keras, akhirnya dia meninggal dunia. Dia bahkan tidak pernah keluar pintu sejak dia diangkat menjadi khalifah.
Dia belum sempat melakukan apa-apa,dan belum pernah menjadi imam sholat untuk rakyatnya. Ada yang mengatakan bahwa masa kekhalifahannya sekitar 40 hari ada pula yang mengatakan dia menjadi khalifah selama 2 bulan,ada yang mengatakan juga 3 bulan dan ada juga 6 bulan.
Dia adalah seorang pemuda yang shalih. Ketika dia diangkat menjadi khalifah dia sedang menderita sakit. Sakitnya semakin keras, akhirnya dia meninggal dunia. Dia bahkan tidak pernah keluar pintu sejak dia diangkat menjadi khalifah.
Dia belum sempat melakukan apa-apa,dan belum pernah menjadi imam sholat untuk rakyatnya. Ada yang mengatakan bahwa masa kekhalifahannya sekitar 40 hari ada pula yang mengatakan dia menjadi khalifah selama 2 bulan,ada yang mengatakan juga 3 bulan dan ada juga 6 bulan.
4. Marwan bin Hakam (64-65 H / 684-685 M)
Nama lengkapnya Marwan bin Hakam bin Abul
‘Ash. Ia merupakan Khalifah keempat dari Dinasti Bani Umaiyyah setelah
Muawiyyah bin Yazid wafat. menurut silsilah, dia merupakan cucu dari Abul ‘Ash yang juga
merupakan kakek dari Ustman bin Affan.
Setelah terputusnya keturunan Muawiyyah di kekuasaan Muawiyyah bin Yazid maka kursi kekuasaan beralih ke Bani Marwan setelah keluarga besar Umayyah mengangkatnya sebagai khalifah. Karena mereka menganggap Marwan bin Hakam adalah orang yang tepat untuk mengendalikan kekuasaan karena pengalamanya. ketika itu kondisi tidak stabil dan banyak terjadi perecahan ditubuh bangsa Arab.
Setelah terputusnya keturunan Muawiyyah di kekuasaan Muawiyyah bin Yazid maka kursi kekuasaan beralih ke Bani Marwan setelah keluarga besar Umayyah mengangkatnya sebagai khalifah. Karena mereka menganggap Marwan bin Hakam adalah orang yang tepat untuk mengendalikan kekuasaan karena pengalamanya. ketika itu kondisi tidak stabil dan banyak terjadi perecahan ditubuh bangsa Arab.
Pada Masa Khalifah Muawiyyah bin Abu
Sufyan, Marwan bin Hakam diangkat menjadi gubernur di Madinah. Pada masa inilah, Marwan diserahi jabatan
gubernur untuk wilayah Hijaz yang berkedudukan di Madinah. Ketika penduduk
Madinah menyatakan dukungan kepada Abdullah bin Zubair, Marwan melarikan diri
ke Damaskus.
Pertentangan antara pihak Abdullah bin
Zubair dan Marwan bin Hakam mencapai puncaknya pada Perang Marju Rahith yang
terjadi pada 65 H. Pada peperangan ini pasukann Abdullah bin Zubair mengalami
kekalahan cukup telak. Penduduk wilayah Mesir dan Libya yang semula berpihak
padanya, mengangkat baiat atas Marwan. Namun wilayah Hijaz, Irak dan Iran tetap
tunduk kepada Abdullah bin Zubair.
Dengan demikian, pada masa itu wilayah
Islam terpecah menjadi dua khilafah. Daerah Hijaz dan sekitarnya termasuk
Makkah dan Madinah tunduk kepada Abdullah bin Zubair. Sedangkan wilayah Syria
berada dalam kekuasaan Marwan bin Hakam.
Untuk mengukuhkan jabatan khilafahnya itu,
Marwan bin Hakam yang sudah berusia 63 tahun itu mengawini Ummu Khalid, janda
Yazid bin Muawiyah. Perkawinan yang tidak seimbang itu sangat kental aroma
politik. Dengan mengawini janda Yazid, Marwan bermaksud menyingkirkan Khalid,
putra termuda Yazid dari tuntutan khilafah.
Marwan bin Hakam meninggal pada usia 63
tahun. Ia hanya menjabat sebagai khalifah selama 9 bulan 18 hari.
5. Abdul Malik bin Marwan (65-86 H / 685-705 M)
Nama lengkapnya Abdul Malik bin Marwan bin
Hakam bin Abul ‘Ash. Ia dilantik sebagai Khalifah setelah kematian ayahnya,
pada tahun 685 M. Dibawah kekuasaan Abdul Malik, kerajaan Umayyah mencapai
kekuasaan dan kemulian. Ia terpandang sebagai Khalifah yang perkasa dan
negarawan yang cakap dan berhasil memulihkan kembali kesatuan Dunia Islam dari
para pemberontak.
Dalam ekspansi ke timur ini, khalifah Abdul Malik bin Marwan melanjutkan
peninggalan ayahnya. Ia mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan
berhasil menundukkan Balkanabad, Bukhara,
Khwarezmia, Ferghana dan Samarkand.
Tentaranya bahkan sampai ke India dan menguasai Balukhistan, Sind dan
daerah Punjab sampai ke Multan.
Abdul Malik bin Marwan mengubah mata
uang Bizantium dan Persia yang
dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang
tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab.
Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam.
Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam.
Pada masa Abdul Malik bin Marwan, Dinasti bani Umayyah dapat mencapai puncak
kejayaannya. Ia meninggal pada tahun 705 M dalam usia yang ke-60 tahun. Ia
meninggalkan karya-karya terbesar didalam sejarah Islam. Masa pemerintahannya
berlangsung selama 21 tahun, 8 bulan.
6. Walid bin Abdul Malik (86-96 H / 705-715 M)
Nama lengkapnya Walid bin Abdul Malik bin
Marwan bin Hakam bin Abul ‘Ash. Masa pemerintahan Walid bin Malik adalah masa
ketentraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia.
Pada masa pemerintahannya tercatat suatu peristiwa besar, yaitu perluasan wilayah kekuasaan dari Afrika Utara menuju wilayah Barat daya, benua Eropa pada tahun 711 M. Perluasan ke arah Barat dipimpin oleh panglima Islam, Thariq bin Ziyad.
Setelah Aljazair dan Maroko dapat ditundukan, Tariq bin Ziyad dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Maroko (magrib) dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan.
Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Cordoba, dengan cepatnya dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordoba. Kemudian pasukan Islam dibawah pimpinan Musa bin Nushair juga berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Goth,
Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Zaragoza sampai Navarre. Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa.
Pada masa pemerintahannya tercatat suatu peristiwa besar, yaitu perluasan wilayah kekuasaan dari Afrika Utara menuju wilayah Barat daya, benua Eropa pada tahun 711 M. Perluasan ke arah Barat dipimpin oleh panglima Islam, Thariq bin Ziyad.
Setelah Aljazair dan Maroko dapat ditundukan, Tariq bin Ziyad dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Maroko (magrib) dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan.
Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Cordoba, dengan cepatnya dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordoba. Kemudian pasukan Islam dibawah pimpinan Musa bin Nushair juga berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Goth,
Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Zaragoza sampai Navarre. Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa.
Selain melakukan perluasan wilayah
kekuasaan Islam, Walid juga melakukan pembangunan besar-besaran selama masa
pemerintahannya untuk kemakmuran rakyatnya. Khalifah Walid bin Abdul Malik
meninggalkan nama yang sangat harum dalam sejarah Dinasti Bani Umayyah dan
merupakan puncak kebesaran Daulah tersebut.
7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H / 715-717 M)
Nama lengkapnya Sulaiman bin Abdul Malik
bin Marwan bin Hakam bin Ash, panggilanya Abu Ayub. Lahir di Madinah pada tahun
54 H. Ia merupakan saudara dari Walid bin Abdul Malik, khalifah sebelumnya.
Dia diangkat sebagai khalifah pada tahun 96 H pada usia 42 tahun. Menjelang saat terakhir pemerintahannya, ia memanggil Gubernur wilayah Hijaz, yaitu Umar bin Abdul Aziz, yang kemudian diangkat menjadi penasehatnya dengan memegang jabatan wazir besar.
Dia diangkat sebagai khalifah pada tahun 96 H pada usia 42 tahun. Menjelang saat terakhir pemerintahannya, ia memanggil Gubernur wilayah Hijaz, yaitu Umar bin Abdul Aziz, yang kemudian diangkat menjadi penasehatnya dengan memegang jabatan wazir besar.
Ia menunjuk umar bin Abdul Azis sebagai
penerusnya. Dan menjadikan Yazid bin Abdul Malik sebagai khalifah setelah Umar
bin abdul azis
Masa pemerintahannya berlangsung selama 2
tahun, 8 bulan.
8. Umar bin Abdul-Aziz (99-101 H / 717-720 M)
Nama lengkapnya Umar bin Abdul Aziz bin
Marwan bin Hakam bin Abul ‘Ash. Ia merupakan sepupuh khalifah sebelumnya,
Sulaeman bin Abdul Malik. Ia menjabat sebagai Khalifah pada usia 37 tahun . Ia
terkenal adil dan sederhana.
Ia ingin mengembalikan corak pemerintahan seperti pada zaman khulafaur rasyidin. Pemerintahan Umar meninggalkan semua kemegahan Dunia yang selalu ditunjukkan oleh orang Bani Umayyah.
Ia ingin mengembalikan corak pemerintahan seperti pada zaman khulafaur rasyidin. Pemerintahan Umar meninggalkan semua kemegahan Dunia yang selalu ditunjukkan oleh orang Bani Umayyah.
Meskipun masa pemerintahannya sangat
singkat, ia berhasil menjalin hubungan baik dengan Syi’ah. Ia juga memberi
kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan
dan kepercayaannya. Kedudukan mawali (orang Islam yang bukan dari Arab)
disejajarkan dengan Muslim Arab. Pemerintahannya membuka suatu pertanda yang
membahagiakan bagi rakyat.
Ketakwaan dan keshalehannya patut menjadi teladan. Ia selalu berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Ia meninggal pada tahun 720 M dalam usia 39 tahun, dimakamkan di Deir Simon.
Ketakwaan dan keshalehannya patut menjadi teladan. Ia selalu berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Ia meninggal pada tahun 720 M dalam usia 39 tahun, dimakamkan di Deir Simon.
9. Yazid bin Abdul-Malik (101-105 H / 720-724 M)
Nama lengkapnya Yazid bin Abdul Malik bin
Marwan bin Hakam bin Abul ‘Ash. Ia merupakan sepupu khalifah sebelumnya, Umar
bin Abdul Azis. Ia menjabat khalifah kesembilan Daulah Umayyah pada usia 36
tahun. Khalifah yang sering dipanggil dengan sebutan Abu Khalid ini lahir pada
71 H. Ia menjabat khalifah atas wasiat saudaranya, Sulaiman bin Abdul Malik. Ia
dilantik pada bulan Rajab 101 H.
Ia mewarisi Dinasti Bani Umayyah dalam
keadaan aman dan tenteram. Pada masa awal pemerintahannya, Yazid bertindak
menuruti kebijakan Khalifah Umar bin Abdul Azis sebelumnya. Namun hal itu tidak
berlangsung lama. Setelah itu terjadi perubahan. Karena banyak penasihat yang
tidak setuju dengan kebijakan positif yang diterapkan Umar bin Abdul Azis.
Sebelum Yazid meninggal, sempat terjadi konflik antara dirinya dan saudaranya,
Hisyam bin Abdul Malik. Namun hubungan keduanya baik kembali setelah Hisyam
lebih banyak mendampingi sang khalifah hingga wafat. Ia meninggal dunia pada
usia 40 tahun. Masa pemerintahannya hanya berkisar 4 tahun satu bulan
10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H / 724-743 M)
Nama lengkapnya Hisyam bin Abdul Malik bin
Marwan bin Hakam bin Abul ‘Ash. Ia merupakan saudara kandung khalifah
sebelumnya, Yazid bin Abdul Malik. Ia menjabat sebagai Khalifah pada usia yang
ke 35 tahun. Ia terkenal negarawan yang cakap dan ahli strategi militer. Pada
masa pemerintahannya muncul satu kekuatan baru yang menjadi tantangan berat
bagi pemerintahan Bani Umayyah.
Kekuatan ini berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan mawali dan merupakan ancaman yang sangat serius. Dalam perkembangan selanjutnya, kekuatan baru ini mampu menggulingkan Dinasti Umayyah dan menggantikannya dengan Dinasti baru, Bani Abbas.
Kekuatan ini berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan mawali dan merupakan ancaman yang sangat serius. Dalam perkembangan selanjutnya, kekuatan baru ini mampu menggulingkan Dinasti Umayyah dan menggantikannya dengan Dinasti baru, Bani Abbas.
Pemerintahan Hisyam yang lunak dan jujur
menyumbangkan jasa yang banyak untuk pemulihan keamanan dan kemakmuran, tetapi
semua kebajikannya tidak bisa membayar kesalahan-kesalahan para pendahulunya,
kerana gerakan oposisi terlalu kuat, sehingga Khalifah tidak mampu
mematahkannya.
Meskipun demikian, pada masa pemerintahan
Khalifah Hisyam kebudayaan dan kesusastraan Arab serta lalu lintas dagang
mengalami kemajuan. Dua tahun sesudah penaklukan pulau Sisily pada tahun 743 M,
ia wafat dalam usia 55 tahun.
Masa pemerintahannya berlangsung selama 19 tahun, 9 bulan. Sepeninggal Hisyam, Khalifah-Khalifah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin mempercepat runtuhnya Daulah Bani Ummayyah.
Masa pemerintahannya berlangsung selama 19 tahun, 9 bulan. Sepeninggal Hisyam, Khalifah-Khalifah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin mempercepat runtuhnya Daulah Bani Ummayyah.
11. Walid bin Yazid bin Abdul Malik (125-126 H / 743-744 M)
Nama lengkap Walid bin Yazid bin Abdul
Malik. Ia adalah keponakan Khalifah Hisyam bin Abdul Malik, khalifah
sebelumnya. Ia adalah anak dari Yazid bin Abdul Malik, Khalifah kesembilan
dinasti Bani Umayah. Pada masa pemerintahnya,
Dinasti Umayah menDinasti Umayah mengalami kemunduran. Ia memiliki prilaku buruk dan suka melanggar norma agama. Kalangan keluarga sendiri benci padanya. Dan ia mati terbunuh.
Dinasti Umayah menDinasti Umayah mengalami kemunduran. Ia memiliki prilaku buruk dan suka melanggar norma agama. Kalangan keluarga sendiri benci padanya. Dan ia mati terbunuh.
Adapun kebijakan yang paling utama yang
dilakukan oleh Walid bin Yazid ialah melipatkan jumlah bantuan sosial bagi
pemeliharaan orang-orang buta dan orang-orang lanjut usia yang tidak mempunyai
famili untuk merawatnya. Ia menetapkan anggaran khusus untuk pembiayaan
tersebut dan menyediakan perawat untuk masing-masing orang.
Masa pemerintahannya berlangsung selama 1
tahun, 2 bulan. Dia wafat dalam usia 40 tahun.
12 Yazid bin Walid bin Abdul Malik (126-127 H/ 744 M)
Nama lengkap Yazid bin Walik bin Abdul
Malik, sepupuh dari khalifah sebelumnya, Walid bin Yazid bin Abdul Malik. Ia
adalah anak dari Walid bin Abdul Malik, Khalifah keenam dinasti Bani Umayah.
Pemerintahan Yazid bin Walid tidak mendapat dukungan dari rakyat, karena kebijakannya suka mengurangi anggaran belanja negara. Masa pemerintahannya tidak stabil dan banyak pemberontakan. Masa pemerintahannya berlangsung selama 16 bulan. Dia wafat dalam usia 46 tahun.
Pemerintahan Yazid bin Walid tidak mendapat dukungan dari rakyat, karena kebijakannya suka mengurangi anggaran belanja negara. Masa pemerintahannya tidak stabil dan banyak pemberontakan. Masa pemerintahannya berlangsung selama 16 bulan. Dia wafat dalam usia 46 tahun.
13 Ibrahim bin Walid bin Abdul Malik (127 H / 744 M)
Nama Lengkap Ibrahim bin Walid bin Abdul
Malik, saudara kandung Yazid bin Walid bin Abdul Malik, Khalifah sebelumnya.
Dia diangkat menjadi Khalifah tidak memperoleh suara bulat di dalam lingkungan
keluarga Bani Umayyah dan rakyatnya.
Kerana itu, keadaan negara semakin kacau dengan munculnya beberapa pemberontak. Ia menggerakkan pasukan besar berkekuatan 80.000 orang dari Arnenia menuju Syiria. Ia dengan suka rela mengundurkan dirinya dari jabatan khilafah dan mengangkat baiat terhadap Marwan ibn Muhammad. Dia memerintah selama 3 bulan dan wafat pada tahun 132 H.
Kerana itu, keadaan negara semakin kacau dengan munculnya beberapa pemberontak. Ia menggerakkan pasukan besar berkekuatan 80.000 orang dari Arnenia menuju Syiria. Ia dengan suka rela mengundurkan dirinya dari jabatan khilafah dan mengangkat baiat terhadap Marwan ibn Muhammad. Dia memerintah selama 3 bulan dan wafat pada tahun 132 H.
14. Marwan bin Muhammad (127-133 H / 744-750 M)
Nama lengkap Marwan bin Muhammad bin Marwan
bin Hakam. Ia adalah cucu dari khalifah keempat bani Umayah, Marwan bin Hakam dan keponakan Khalifah
kelima, Abdul Malik bin Marwan. Beliau seorang ahli negara yang bijaksana dan
seorang pahlawan. Beberapa pemberontak dapat ditumpas, tetapi dia tidak mampu
mengahadapi gerakan Bani Abbasiyah dengan pendukung yang kuat.
Marwan bin Muhammad melarikan diri ke
Hurah, terus ke Damaskus. Namun Abdullah bin Ali yang ditugaskan membunuh
Marwan oleh Abbas As Syaffah selalu mengejarnya. akhirnya sampailah Marwan di
Mesir.
Di Bushair, daerah al Fayyun Mesir, dia mati terbunuh oleh Shalih bin Ali, orang yang menerima penyerahan tugas dari Abdullah. Marwan terbunuh pada tanggal 27 Dzulhijjah 132 H\5 Agustus 750 M. Dengan demikian berakhirlah dinasti Bani Umayyah, dan kekuasaan selanjutnya dipegang oleh Bani Abbasiyah.
Di Bushair, daerah al Fayyun Mesir, dia mati terbunuh oleh Shalih bin Ali, orang yang menerima penyerahan tugas dari Abdullah. Marwan terbunuh pada tanggal 27 Dzulhijjah 132 H\5 Agustus 750 M. Dengan demikian berakhirlah dinasti Bani Umayyah, dan kekuasaan selanjutnya dipegang oleh Bani Abbasiyah.
INTINE BELAJAR - Jika ada penulisan surat Al-Qur'an yang salah atau ada kesalahan makna dan kesalahan lainnya, harap untuk segera lapor ke admin untuk tujuan perbaikan melalui email: intinebelajar@gmail.com !!! Terima Kasih
makasih ya, atas informasinya... semoga dapat menjadi pelajaran kita dalam membangun islam sekarang.
ReplyDelete