Kepribadian Umar bin Abdul Aziz - Umar bin Abdul Aziz merupakan sosok pribadi
yang baik. Dia memiliki karakter yang hampir sama dengan karakter yang dimiliki
para khulafaurrosyidin. Sehingga ada para ulama memasukan beliau sebagai
khulafaurrosyidin yang kelima. Adapu karakter yang dimilikinyanya adalah:
1. Rasa takut kepada Allah Azza Wajalla
Umar
bin Abdul Aziz sangat dikagumi bukan karena banyak shalat dan puasa, tetapi
karena rasa takut kepada Allah dan kerinduan akan surga-Nya. Itulah yang
mendorong beliau menjadi pribadi yang berprestasi dalam segala aspek; ilmu dan
amal.
Pernah seorang laki-laki mengunjungi Umar
bin Abdul Aziz yang sedang memegang lentera. "Berilah aku petuah!",
Umar membuka perbincangan. Laki-laki itu pun berujar: "Wahai Amirul
Mukminin !! Jika engkau masuk neraka, orang yang masuk surga tidaklah mungkin
bisa memberimu manfaat. Sebaliknya jika engkau masuk surga, orang yang masuk
neraka juga tidaklah mungkin bisa membahayakanmu". Serta merta Umar bin
Abdul Aziz pun menangis tersedu sehingga lentera yang ada di genggamannya padam
karena derasnya air mata yang membasahi
2. Wara'
Sikap Wara' Umar bin Abdul Aziz adalah keengganan beliau menggunakan fasilitas negara untuk keperluan pribadi, meskipun hanya sekedar mencium bau aroma minyak wangi. Hal itu pernah ditanyakan oleh pembantunya, "Wahai khalifah! Bukankah itu hanya sekedar bau aroma saja, tidak lebih?". Beliau pun menjawab: "Bukankah minyak wangi itu diambil manfaatnya karena bau aromanyaKisah yang lain, pada suatu hari Umar bin Abdul Aziz pernah mengidam-idamkan buah apel. Tiba-tiba salah seorang kerabatnya datang berkunjung seraya menghadiahi sekantong buah apel kepada beliau. Lalu ada seseorang yang berujar: "Wahai Amirul Mukminin Bukankah Nabi saw dulu pernah menerima hadiah dan tidak menerima sedekah?". Serta merta beliau pun menimpali, "Hadiah di zaman Nabi saw benar-benar murni hadiah, tapi di zaman kita sekarang ini hadiah berarti suap".
3. Zuhud
Umar bin Abdul Aziz adalah orang yang
sangat zuhud. Kezuhudan tertinggi ketika 'puncak dunia' berada di genggamannya.
Sesungguhnya akherat adalah negeri yang
kekal dan abadi, oleh karena itu Umar bin Abdul Aziz mencapai derajat zuhud yang paling tinggi yaitu zuhud
dalam kelebihan rizki karena setiap raja memiliki kekayaan yang berlimpah.
Imam Malik bin Dinar Rohimahulloh berkata:
"Orang-orang berkomentar mengenaiku, "Malik bin Dinar adalah orang
zuhud." Padahal yang pantas dikatakan orang zuhud hanyalah Umar bin Abdul
Aziz. dunia mendatanginya namun ditinggalkannya
4. Tawadhu'
Berkata Imam az-Zuhaili Rohimahulloh :”
Sifat tawadhu’ adalah sifat terpuji salah satu dari sifat politiknya yang
membedakan beliau dengan khalifah lainnya, dan telah mencapai zuhudnya Umar bin
Abdul Aziz pada sifat tawadhu’nya, karena syarat zuhud yang benar adalah
tawadhu’ kepada Alloh Ta’ala.”
Kisah yang mencerminkan sikap Tawadhu' yang
dimilikinya; Kisah Umar bin Abdul Aziz dengan seorang pembantunya.
Pernah suatu saat Umar bin Abdul Aziz
meminta seorang pembantunya untuk mengipasinya. Maka dengan penuh cekatan sang
pembantu segera mengambil kipas, lalu menggerak-gerakkannya. Semenit, dua menit
waktu berlalu, hingga akhirnya Umar bin Abdul Aziz pun tertidur. Namun, tanpa
disadari ternyata si pembantu juga ikut ketiduran.
Waktu terus berlalu, tiba-tiba Umar bin Abdul Aziz terbangun. Ia mendapati pembantunya tengah tertidur pulas dengan wajah memerah dan peluh keringat membasahi badan disebabkan panasnya cuaca. Serta merta Umar bin Abdul Aziz pun mengambil kipas, lalu membolak-balikkannya mengipasi si pembantu. Dan sang pembantu itu pun akhirnya terbangun juga, begitu membuka mata ia mendapati sang majikan tengah mengipasinya tanpa rasa sungkan dan canggung.
Maka dengan gerak reflek yang dimilikinya ia menaruh tangan di kepala seraya berseru karena malu. Lalu Umar bin Abdul Aziz pun berkata menenangkannya: "Engkau ini manusia sepertiku! Engkau merasakan panas sebagaimana aku juga merasakannya. Aku hanya ingin membuatmu nyaman -dengan kipas ini- sebagaimana engkau membuatku nyaman
Waktu terus berlalu, tiba-tiba Umar bin Abdul Aziz terbangun. Ia mendapati pembantunya tengah tertidur pulas dengan wajah memerah dan peluh keringat membasahi badan disebabkan panasnya cuaca. Serta merta Umar bin Abdul Aziz pun mengambil kipas, lalu membolak-balikkannya mengipasi si pembantu. Dan sang pembantu itu pun akhirnya terbangun juga, begitu membuka mata ia mendapati sang majikan tengah mengipasinya tanpa rasa sungkan dan canggung.
Maka dengan gerak reflek yang dimilikinya ia menaruh tangan di kepala seraya berseru karena malu. Lalu Umar bin Abdul Aziz pun berkata menenangkannya: "Engkau ini manusia sepertiku! Engkau merasakan panas sebagaimana aku juga merasakannya. Aku hanya ingin membuatmu nyaman -dengan kipas ini- sebagaimana engkau membuatku nyaman
5. Adil
Sikap yang paling menonjol di diri Umar bin
Abdul Aziz adalah sikap adil. Sikap itulah yang menjadikan sosok beliau begitu
dikagumi. Nama besarnya telah mendapat tempat di generasi selanjutnya. Namanya
disamakan dengan Khulafaurrosyidin.
Penduduk Himsh pernah mendatangi Umar bin
Abdul Aziz seraya mengadu: "Hai Amirul Mukminin! Aku ingin diberi
keputusan dengan hukum Allah". "Apa yang engkau maksud?", tanya Umar
bin Abdul Aziz. "Abbas bin Walid bin Abdul Malik telah merampas
tanahku", lanjutnya. Saat itu Abbas sedang duduk di samping Umar bin Abdul
Aziz.
Maka Umar bin Abdul Aziz pun menanyakan hal itu kepada Abbas, "Apa komentarmu?". "Aku terpaksa melakukan itu karena mendapat perintah langsung dari ayahku; Walid bin Abdul Malik", sahut Abbas membela diri. Lalu Umar pun balik bertanya kepada si Dzimmi, "Apa komentarmu?". "Wahai Amirul Mukminin! Aku ingin diberi keputusan dengan hukum Allah", ulang si Dzimmi. Serta merta Umar bin Abdul Aziz pun berkata: “Hukum Allah lebih berhak untuk ditegakkan dari pada hukum Walid bin Abdul Malik”, seraya memerintahkan Abbas untuk mengembalikan tanah yang telah dirampasnya.
Maka Umar bin Abdul Aziz pun menanyakan hal itu kepada Abbas, "Apa komentarmu?". "Aku terpaksa melakukan itu karena mendapat perintah langsung dari ayahku; Walid bin Abdul Malik", sahut Abbas membela diri. Lalu Umar pun balik bertanya kepada si Dzimmi, "Apa komentarmu?". "Wahai Amirul Mukminin! Aku ingin diberi keputusan dengan hukum Allah", ulang si Dzimmi. Serta merta Umar bin Abdul Aziz pun berkata: “Hukum Allah lebih berhak untuk ditegakkan dari pada hukum Walid bin Abdul Malik”, seraya memerintahkan Abbas untuk mengembalikan tanah yang telah dirampasnya.
6. Sabar
Beliau berkhutbah :” Tidaklah seseorang
yang ditimpah suatu musibah kemudian dia berkata :” Inna lillahi Wainna ilaihi
Roji’un” kecuali dia akan diberikan pahala yang lebih baik oleh Alloh dari pada
yang telah diambilNya, beliau berkata :” Orang yang ridho itu sedikit dan sabar
itu pijakan orang yang beriman” beliau berkata :” Barangsiapa yang beramal tanpa
ilmu kerusakan yang ditimbulkan lebih besar daripada kebaikanya. Barangsiapa yang tidak memperhitungkan ucapan dan amal perbuatannya maka akan banyak
kesalahannya, orang ridho itu sedikit, pertempuran orang mu’min adalah sabar.”
Kesabaran yang paling besar yang diujikan pada Umar bin abdil Aziz pada masa hidupnya adalah kesabaran yang terjadi dalam urusan khilafah, beliau berkata :” demi Alloh, tidaklah aku duduk di tempatku ini kecuali aku takut bahwa kedudukanku bukan pada tempatnya, walaupun aku ta’at pada semua yang aku kerjakan untuk menyelamatkannya dan memberikan pada haknya yaitu al-khilafah. Akan tetapi aku bersabar sampai Alloh memutuskan perkaranya pada khilafah, atau mendatangkan kemenangannya padanya.”
INTINE BELAJAR - Jika ada penulisan surat Al-Qur'an yang salah atau ada kesalahan makna dan kesalahan lainnya, harap untuk segera lapor ke admin untuk tujuan perbaikan melalui email: intinebelajar@gmail.com !!! Terima Kasih
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan berkomentar sesuai apa yang telah anda baca dengan syarat.
1. Berkomentarlah dengan Relevan
2. Don't Spam
3. No Porn
4. No Sara
5. Jika MELANGGAR komentar akan dihapus